 |
| Siti Nurohmatiljanah Setiawan - Finalis Astra SATU Indonesia Awards 2024 (Dokumentasi Pribadi Siti Nurohmatiljanah Setiawan) |
Di
bawah riak ombak tenang yang memecah pantai-pantai sunyi di Pulau Bintan, Kepulauan
Riau (Kepri), tersembunyi sebuah permadani hijau. Ia bukan hamparan bukit atau
hutan tropis yang membumbung tinggi ke angkasa, melainkan padang lamun (seagrass).
Kumpulan tumbuhan berbunga yang akarnya menancap dalam pasir dan menjadi
penopang tak bersuara bagi kehidupan laut. Lamun adalah jantung perairan
dangkal, tempat biota-biota kecil memulai hidup, jalur migrasi penyu, dan
gudang rahasia penyimpan karbon biru yang tak terhitung nilainya.
Namun,
lamun sering kali luput dari lirikan mata. Ia kerap disejajarkan dengan rumput
laut (seaweed), tak memiliki keagungan terumbu karang yang warnanya bak pelangi,
dan tidak pula mempunyai ketegasan akar mangrove yang menjulang. Ia adalah ekosistem
yang bekerja dalam senyap, rentan, dan tak jarang ditinggalkan dalam narasi
konservasi alam.
Di
tengah keengganan publik untuk menengoknya ke bawah permukaan air biru, takdir
menemukan seorang pejuang yang berani menyahut bisikan laut, yakni Siti Nurohmatiljanah
Setiawan.
 |
| Tangkapan Layar Situs Lamun Warrior |
Siti,
sang pendiri gerakan Lamun Warrior, membawa sebuah anomali yang
mempesona. Ia bukanlah ahli biologi kelautan berlatar belakang riset di samudra.
Ia adalah seorang yang terdidik di meja-meja diskusi dan ruang kuliah, lulusan
S1 Sastra Arab Universitas Padjadjaran (Unpad) serta Magister (S2) Kajian Timur
Tengah dan Islam (Politik dan Hubungan Internasional di Timur Tengah), Kajian Stratejik
dan Global Universitas Indonesia (UI). Seharusnya, ia membawa pena dan globe di
tangan, tetapi kini memilih membawa bibit lamun.
Kisah
Siti adalah sebuah protes humanis terhadap sekat-sekat ilmu pengetahuan. Ini
adalah manifestasi dari keyakinan yang berapi-api serta meruntuhkan batas gelar
akademik dan status sosial.
Lamun Warrior, dari sebuah komunitas hingga menjadi Finalis Astra SATU Indonesia Awards (SIA) Bidang Lingkungan 2024, adalah perwujudan dari filosofi sederhana, tetapi
mengguncang, yakni dedikasi tak mengenal latar belakang. Siti hadir untuk
mengorganisir kepedulian, merawat apa yang terabaikan, serta membuktikan bahwa
ilmu sosial yang tajam dan hati yang tulus adalah senjata paling efektif dalam melawan
perang melawan ketidakpedulian.
Perjalanan yang dimulai di
Kepri ini adalah sebuah karya sastra tentang keberanian, di mana Sang Warrior
memilih meninggalkan retorika politik dan hubungan internasional yang mapan
demi aksi nyata di padang lamun yang rentan.
***
Titik
Balik dan Kelahiran Sang Pejuang Lamun
 |
| Siti, Lamun Warrior, dan Anak-Anak Bintan (Dokumentasi Pribadi Siti Nurohmatiljanah Setiawan) |
Perjalanan
Siti dari meja kuliah ke padang lamun bukanlah transisi yang mulus, melainkan
sebuah panggilan mendesak yang tak terhindarkan.
“Saya
sangat senang dengan pepatah yang mengatakan bahwa kalau tidak sekarang,
kapan lagi, dan kalau tidak kita, siapa lagi. Saya tidak tahu siapa yang pernah
menyampaikannya, tetapi saya senang saja dengan maknanya,” kenang Siti.
Pepatah itu menjadi mantra yang meruntuhkan argumen-argumen pribadi tentang
kesesuaian latar belakang pendidikan. “Saya merasa mau apapun latar belakang
kita, kita mesti peduli dengan lingkungan,” ucap Siti.
Titik
baliknya terjadi ketika ia pertama kali tiba di Bintan. Ia disambut oleh sebuah
plang yang secara harfiah bertuliskan “Selamat Datang di Area Konservasi
Padang Lamun”. Rasa penasaran Siti segera membawanya untuk mempelajari ekosistem
ini secara mendalam. Ia menemukan bahwa lamun memiliki kemampuan luar biasa
sebagai penopang karbon dan rantai makanan laut.
Namun,
ia juga menemukan kenyataaan pahit bahwa lamun adalah ekosistem laut yang
paling diabaikan.
“Satu
hal yang membuat (saya) tertarik adalah mengapa orang-orang tidak banyak
peduli dengan lamun, jika dibandingkan dengan mangrove maupun terumbu karang,”
Siti mengutarakan keheranannya. Di saat mangrove dan karang mendapatkan banyak
program dan pendanaan, lamun terkesan berjalan sendiri.
Kesadaran
akan ketidakadilan ekologis inilah yang membuat Siti merasa “sekarang saya
harus berbuat langsung.” Ia memilih fokus pada lamun justru karena
ekosistem itu yang paling membutuhkan suara. Dari sana, ia bersama anak-anak muda
lokal mulai berinisiatif membentuk wadah yang berfokus pada lamun, yang kemudian
dikenal sebagai Lamun Warrior.
Kebaikan yang Diorganisir: Reborn 2023
 |
| Kegiatan Edukasi Lamun Warrior (Dokumentasi Pribadi Siti Nurohmatiljanah Setiawan) |
Lamun
Warrior
tidak muncul tiba-tiba. Komunitas ini sudah ada sejak tahun 2020. “Lamun
Warrior sebenarnya ada dari tahun 2020, tapi asalnya masih sebagai komunitas,
perkumpulan untuk sharing-sharing (berbagi ilmu) mengenai lamun,” jelas
Siti. Namun, sekadar sharing dan diskusi tidaklah cukup untuk menghadapi
ancaman lingkungan yang nyata.
Untuk
menciptakan dampak yang terukur, terarah, dan berkelanjutan, perlu ada sebuah
struktur. “Tapi kami reborn dengan aksi penanaman lamun pertama di Indonesia
pada tahun 2023,” kata Siti.
Alasan
mendasar reborn ini sangat strategis:
“Saya rasa, kebaikan perlu diorganisasikan,
sehingga saya mendirikan Lamun Warrior agar jelas arah ke depannya,” ujar Siti.
Organisasi
memberikan legitimasi, struktur, dan kemampuan untuk berkolaborasi dengan skala
yang lebih besar (pemerintah, swasta, dan donatur). Reborn di tahun 2023
menjadi momentum untuk mengubah semangat muda menjadi gerakan konservasi yang
terstruktur.
Ilmu
Sosial sebagai Senjata Konservasi
 |
| Sosial Konservasi Ala Lamun Warrior (Dokumentasi Pribadi Siti Nurohmatiljanah Setiawan) |
Mengapa
latar belakang pendidikan tinggi Siti yang non-kelautan justru menjadi aset?
Jawabannya terletak pada konsep Sosial Konservasi yang diusung oleh
Lamun Warrior.
“Sangat
terpakai (ilmu sosial – politik dan hubungan internasional), karena Lamun
Warrior sendiri tidak hanya konservasi. Tapi kami adalah sosial konservasi,”
ungkap Siti.
Ilmu
sosial mengajarkan Siti cara berinteraksi, memediasi, dan melakukan pendekatan
kepada masyarakat pesisir. Konservasi sering kali gagal karena berhadapan
dengan penolakan dari komunitas lokal. Dengan bekal ilmu sosial, Siti mampu
membangun jembatan komunikasi, mengubah pola pikir masyarakat dari pencemar
menjadi penjaga lamun.
Pendekatan
Lamun Warrior adalah konservasi dari hulu ke hilir. Jika ilmu kelautan fokus
pada bibit yang ditanam, maka ilmu sosial fokus pada tangan yang menanam dan
perut keluarga yang menjaganya.
Pilar
Program: Keseimbangan antara Aksi dan Ekonomi
 |
| Program Penanaman Lamun (Dokumentasi Pribadi Siti Nurohmatiljanah Setiawan) |
Lamun
Warrior menjauhkan diri dari anggapan bahwa konservasi hanya sekadar menanam.
Program mereka terintegrasi untuk menciptakan dampak berkelanjutan.
Ketika
ditanya program mana yang paling penting, Siti menolak memilih satu saja. “Saya
rasa semuanya penting ya. Saya tidak bisa memilih atau mengkerucutkan. Karena
semuanya paling penting untuk dilakukan,” ungkapnya. Jawaban ini menunjukkan
pemahaman Siti bahwa ekosistem tidak dapat diperbaiki hanya dengan satu solusi
tunggal.
Namun,
ia menyoroti dua area aksi utama yang dilakukan saat ini:
- Penanaman dan Monitoring Lamun:
aksi konservasi fisik untuk meningkatkan tutupan lamun dan keanekaragaman
hayati (biodiversity).
- Pemberdayaan Ibu-Ibu Pesisir:
ini adalah pilar sosial-ekonomi Lamun Warrior. Ibu-ibu pesisir diajarkan
untuk menciptakan produk fashion dari serasah lamun kering. Ini
adalah kunci yang menghubungkan alam dengan cuan.
Pemberdayaan
ekonomi ini adalah game changer. Dengan menciptakan nilai ekonomi dari
limbah lamun, Lamun Warrior berhasil membuat konservasi menjadi urusan dapur
rumah tangga, bukan sekadar urusan moral.
Lamun Warrior di Bintan: Mengapa Fokus pada
Episentrum Kepri?
 |
| Siti saat Melakukan Monitoring Lamun (Dokumentasi Pribadi Siti Nurohmatiljanah Setiawan) |
Kepulauan
Riau, khususnya Bintan, bukanlah pilihan lokasi yang sembarangan. Bagi Lamun
Warrior, Bintan merupakan episentrum masalah sekaligus potensi solusi.
Pemilihan lokasi ini melibatkan kajian historis dan ekologis.
Lamun
Warrior memilih lokasi yang berpusat di Teluk Bakau, Bintan, karena dua alasan
utama, yakni kerentanan ekologis yang tinggi dan potensi lokasi demonstrasi (domonstration
site). Secara ekologis, Bintan sering menghadapi aktivitas manusia yang
intensif. Menurut berbagai penelitian, lamun di Kepri termasuk dalam kondisi
yang terancam. Meskipun Indonesia mempunyai padang lamun terluas di dunia, rata-rata
persentase tutupan lamun di perairan timur Bintan pada 2015 di bawah 50 persen
(Kuriandewa & Supriyadi, 2006, dilansir dari situs Lamun Warrior).
Tekanan
tersebut termasuk:
- Sedimentasi Tinggi:
aktivitas pembangunan darat yang pesat, khususnya di kawasan pesisir menyebabkan
lumpur dan sedimen mengalir deras ke laut dangkal. Lamun membutuhkan air
jernih untuk berfotosintesis, artinya sedimentasi tebal mencekik kehidupan
lamun.
- Ancaman Historis Penambangan: di
masa lalu, kawasan Kepri sering menjadi lokasi isu penambangan pasir laut.
Praktik ini tidak hanya merusak terumbu karang, tetapi juga menghilangkan
seluruh ekosistem padang lamun yang berada di jalur pengerukan.
Teluk
Bakau di Bintan tidak hanya menjadi lokasi yang rawan kerusakan, tetapi juga
mempunyai nilai historis dan sosial. Kawasan ini sebelumnya dikenal sebagai
Trikora Seagrass Management Demonstration Site (Trismades), sebuah program
pengelolaan padang lamun berbasis masyarakat yang pertama di Indonesia.
“Sayangnya,
program ini tidak lagi beroperasi. Akibatnya, di daerah seperti Teluk Bakau,
kondisi lamun semakin memburuk. Situasi ini menandai pentingnya padang lamun
sebagai solusi untuk memerangi perubahan iklim,” tulis Lamun Warrior melalui
laman resminya.
Kawasan
Teluk Bakau di Bintan menjadi ideal karena:
- Aksesibilitas dan Edukasi: lokasi
Bintan yang relatif mudah diakses juga mendukung pilar pendidikan Lamun
Warrior, memungkinkan mereka mengadakan tur edukasi dan mengundang relawan
dari luar untuk melihat langsung aksi konservasi yang telah diatur secara
profesional.
- Kolaborasi Lokal Kuat:
Lamun Warrior bekerja sama erat dengan masyarakat setempat, khususnya di
Teluk Bakau. Hal ini menciptakan rasa kepemilikan yang kuat. Masyarakat lokal
kini menjadi “mata dan telinga” di lapangan, yang siap menindak tegas
siapa pun yang merusak lamun.
Detail
Program Hulu ke Hilir: Anatomi Sebuah Gerakan Berdampak
 |
| Berbagai Program Lamun Warrior (lamunwarrior.org) |
Lamun
Warrior dikenal karena model program hulu ke hilir yang menyeluruh. Mereka
tidak hanya melakukan konservasi, tetapi juga inovasi yang berbasis teknologi
dan pemberdayaan ekonomi.
A.
Pilar Institute dan Inovasi Edukasi
Pilar
institute fokus pada penyebaran pengetahuan tentang lamun yang masih
minim. Lamun Warrior melakukannya melalui cara yang menarik, tidak hanya
sekadar seminar formal:
1. Kampong Teripang:
ini adalah situs eduwisata tempat pengunjung bisa melihat langsung
keterkaitan antara padang lamun dan biota laut penting, seperti teripang. Edukasi
berbasis pengalaman ini jauh lebih efektif daripada teori di kelas.
 |
| Tangkapan Layar Instagram Kampong Teripang |
2. Digital & Research Tools:
Lamun Warrior mengembangkan Lamun Carbon Calculator. Ini adalah alat inovatif
yang menerjemahkan jumlah lamun yang ditanam menjadi angka konkret
penyerapan karbon, menghubungkan konservasi lokal dengan mitigasi perubahan
iklim global. Alat ini memberikan data yang kredibel dan memudahkan mereka
bernegosiasi dengan mitra korporasi.
 |
Calculator Lamun Warrior (calculator.lamunwarrior.org) ### |
B.
Lamun Creative dan SeaFiberPreneur
Pilar
preneur (wirausaha) Lamun Warrior adalah inti dari sosial konservasi.
Tujuannya adalah memastikan bahwa masyarakat pesisir mendapatkan insentif
ekonomi dari lingkungan yang sehat.
Program
Lamun Creative berfokus pada pelatihan dan produksi kerajinan. Mereka
memanfaatkan serasah lamun kering (limbah alami yang sering dibiarkan membusuk)
menjadi komoditas berharga:
1. Produk Fashion dan Kerajinan:
ibu-ibu pesisir dilatih membuat kain bordir lamun, sutra lamun, sabun, dan
bahkan kertas. Produk-produk ini dipasarkan secara online guna menghubungkan
ibu-ibu Bintan langsung dengan pasar nasional.
 |
| Berbagai Produk Serasah Lamun (lamunwarrior.org) |
2. SeaFiberPreneur:
ini adalah program pelatihan lanjutan. Lamun Warrior tidak hanya ingin
ibu-ibu menjadi produsen, tetapi juga menjadi entrepreneur (pengusaha)
mandiri. Program ini mencakup pelatihan pemasaran digital, manajemen keuangan,
dan standar kualitas produk, dengan tujuan memastikan ekonomi berbasis lamun
dapat berkelanjutan bahkan tanpa subsidi.
 |
SeaFiberPreneur Lamun Warrior (Instagram Lamun Warrior) ### |
C.
Konservasi Presisi: Dari Pembibitan ke
Monitoring
Lamun
Warrior memastikan aksi penanaman mereka bukan hanya seremonial. Mereka
menerapkan metode ilmiah:
1. Laboratorium Budidaya:
bibit lamun disemai terlebih dahulu di darat, seperti benih padi, hingga
mencapai 20 cm sebelum dipindahkan ke laut. Ini meningkatkan tingkat
kelangsungan hidup (survival rate) lamun.
2. Monitoring:
setelah penanaman, tim Lamun Warrior bersama relawan lokal melakukan
pemantauan guna memastikan benih dapat beradaptasi dan tumbuh dengan baik.
Keberhasilan tidak diukur dari jumlah bibit lamun yang ditanam, tetapi
dari persentase yang berhasil hidup.
 |
| Pemantauan Lamun (Dokumentasi Pribadi Siti Nurohmatiljanah Setiawan) |
###
Strategi
Bertahan: Kolaborasi, Hibah, dan Produk Sendiri
 |
| Aktivitas Menenun Serasah Lamun (Tangkapan Layar Instagram Lamun Warrior) |
Mendirikan
gerakan baru di tahun 2023 dengan fokus pada ekosistem yang minim perhatian
tentu membutuhkan strategi pendanaan yang cerdik. Lamun Warrior mengandalkan tiga
mesin pendanaan yang saling menopang:
“Kami mendapatkan dana dari program
kolaborasi dengan mitra, hibah, dan penjualan produk dari serasah lamun kering,”
kata Siti.
Strategi
ini krusial. Kolaborasi dengan mitra raksasa memberikan suntikan modal besar
untuk aksi penanaman berskala luas. Lalu, hibah dari lembaga memberikan dana
untuk riset dan operasional. Sementara penjualan produk serasah lamun
memberikan cash flow kecil yang konsisten sekaligus menciptakan rasa
kepemilikan ekonomi di tingkat masyarakat.
Lamun
Warrior tidak menunggu bantuan, tetapi menciptakan value untuk menarik
perhatian.
Medan
Perang Sang Warrior: Melawan Ketidaktahuan
 |
| Siti dan Lamun Warrior (Dokumentasi Pribadi Siti Nurohmatiljanah Setiawan) |
Tantangan
terbesar Lamun Warrior ternyata bukan pada kesulitan menanam, melainkan pada
perjuangan melawan ketidaktahuan kolektif.
“Tantangan terbesarnya adalah tidak banyak orang
yang tahu lamun,” Siti mengakui.
Kurangnya
pengetahuan publik ini membawa efek domino yang menghambat pertumbuhan
organisasi:
- Sumber Daya Manusia (SDM):
sulit merekrut sukarelawan yang siap berdedikasi. Siti menyadari bahwa, “Tidak
semua orang mau diajak berlari bersama dan berlelah-lelahan bersama ya.”
- Pendanaan (Funding):
karena lamun bukan isu populer, seperti sampah plastik, mangrove, atau
terumbu karang, Lamun Warrior belum tersentuh dengan banyak mitra yang
berfokus pada lingkup konservasi lamun.
Siti menyebut tantangan ini
diatasi dengan “ikhtiar” terus-menerus. Yaitu dengan meningkatkan visibilitas,
membangun narasi yang kuat bahwa lamun adalah kunci perubahan iklim, dan terus
berjejaring untuk mencari pihak yang mau berkolaborasi.
Mengukur
Dampak: Ikan Bilis, Laut Jernih, dan Cuan Tambahan
 |
| Keberhasilan Lamun Warrior |
Keberhasilan
Lamun Warrior harus diukur dari perubahan nyata yang dirasakan oleh komunitas.
Siti memberikan pandangan jujur dan menolak memberikan jawaban yang subjektif. “Kalau
saya menjawab ini, cukup subjektif ya. Karena kan memang harus masyarakatnya
langsung yang menjawab,” tegas Siti.
Namun,
menurut Siti, dari pantauan tim Lamun Warrior di lapangan, ada tiga indikator
keberhasilan yang terlihat jelas:
- Peningkatan Ekosistem: “Alhamdulillah,
tutupan lamun mengalami peningkatan dan biodiversity yang perlahan
semakin banyak,” ucap Siti. Ini adalah kemenangan ilmiah pertama.
- Kesejahteraan Nelayan:
peningkatan ekosistem berdampak langsung pada kantong nelayan. “Impact-nya,
nelayan yang merasakan. Ikan bilis jadi cukup banyak, laut menjadi
lebih jernih,” kata Siti. Ikan bilis, sejenis ikan teri, adalah indikator
kesehatan laut dangkal.
- Pemberdayaan Ekonomi: “Mereka
juga bisa mendapatkan penghasilan tambahan dari diajarkannya
membuat produk serasah lamun yang memberikan mereka penghasilan tambahan,”
ungkap Siti.
Inilah
inti dari konservasi sosial – ketika alam pulih, manusia pun ikut sejahtera.
Lingkungan yang sehat bukanlah beban, melainkan aset ekonomi.
Dampak
Finalis Astra SIA 2024
 |
| Finalis Astra SATU Indonesia Awards Bidang Lingkungan 2024 (Facebook Semangat Astra Terpadu) |
Saat
Siti terpilih sebagai Finalis Astra SATU Indonesia Awards 2024, ini adalah
validasi atas model konservasi yang diusungnya bersama Lamun Warrior.
Dampak
yang paling cepat dirasakan adalah pandangan khalayak yang tertuju
padanya. “Yang saya rasakan lebih ke perhatian publik,” kata
Siti. Perhatian ini sangat berharga karena Lamun Warrior bergerak di isu yang kurang
populer. Perhatian publik meningkatkan modal sosial, memudahkan edukasi, dan
menarik perhatian media.
Meskipun
Siti mengakui bahwa dukungan dan kolaborasi belum mengalami perubahan yang
signifikan setelah pengumuman (menunjukkan proses birokrasi dan kemitraan masih
berjalan), pengakuan SIA memberikan daya ungkit (leverage) yang tak
ternilai harganya dalam negosiasi dan kredibilitas.
Visi
50 Titik dan Kolaborasi Regulasi
Lokasi Lamun Warrior (lamunwarrior.org)
Bagi
Siti, pencapaian saat ini hanyalah garis start. Ia memiliki mimpi yang
jauh lebih besar:
“Mimpi besar saya adalah Lamun Warrior ada di 50
titik se-Indonesia. Mudah-mudahan bisa ada di luar negeri juga,” ucap Siti.
Ekspansi
ini tidak bisa dilakukan sendiri, melainkan harus didukung oleh kebijakan dan perhatian
dari pemerintah.
Siti
menegaskan bahwa kerja sama dengan Pemerintah Daerah (Pemda) dan pihak swasta sangatlah
penting. “Tentunya sangat penting, karena berkaitan dengan support, baik
regulasi, pengakuan, eksistensi, dan kolaborasi untuk membangun
ekosistem konservasi yang lebih peduli lamun lagi,” kata Siti. Misalnya, dukungan
regulasi dapat melindungi area padang lamun yang telah direstorasi dari ancaman
penambangan atau polusi.
Definisi
Sejati Seorang Pejuang
 |
| Tim Lamun Warrior (Dokumentasi Pribadi Siti Nurohmatiljanah Setiawan) |
Inti
dari keseluruhan perjalanan ini terangkum dalam satu kata saat Siti ditanya apa
arti “Warrior” dalam konteks pribadinya:
“Warrior bagi saya adalah Dedikasi,” tegas Siti.
Dedikasi
–
sebuah komitmen total yang melampaui gelar akademik, melewati jam kerja, dan
melintasi keuntungan finansial. Ini adalah kualitas yang memungkinkan seseorang
dengan latar belakang sosial bertahan dalam perjuangan konservasi, menghadapi
tantangan SDM dan pendanaan, demi menjaga ekosistem yang ia cintai.
Kisah
Siti Nurohmatiljanah Setiawan dan Lamun Warrior adalah sebuah narasi
transformatif yang menantang asumsi umum. Ini adalah bukti bahwa untuk menjadi
seorang “Warrior”, Anda tidak memerlukan gelar di bidang botani laut atau
biologi perikanan.
Anda
hanya butuh dedikasi, sebuah kesadaran bahwa sekarang adalah waktunya,
dan kemauan unuk mengaplikasikan kemampuan (skills) apa pun yang Anda
miliki, baik itu kemampuan merumuskan strategi, komunikasi, atau manajemen proyek
untuk kebaikan bersama.
Pesan
Final untuk Generasi Muda
 |
| Siti Nurohmatiljanah Setiawan (Instagram Siti Nurohmatiljanah Setiawan) |
Siti
menutup wawancara dengan sebuah pesan yang lugas dan sangat praktis untuk
anak-anak muda Indonesia yang ingin membuat perubahan, tetapi terhambat oleh keraguan
akan latar belakang pendidikan mereka:
“Jangan banyak berpikir, tapi banyak bertindak.
Jangan menunda, tapi mulai saja,” kata Siti.
Pesan
ini merangkum etos kerja Lamun Warrior. Di tengah krisis iklim dan lingkungan,
waktu untuk berdiskusi sudah berakhir. Waktu untuk bertindak adalah sekarang.
Siti
dan timnya di Kepri telah membuktikan bahwa perubahan tidak menunggu izin,
tidak menanti dana besar, dan tidak mengandalkan gelar yang sempurna. Perubahan
dimulai ketika seseorang dengan dedikasi penuh berani melangkah dari zona
nyaman dan mulai menjadi Warrior bagi lingkungan yang paling membutuhkan suara.
Lamun
Warrior adalah panggilan bagi kita semua untuk melihat ke bawah permukaan,
menemukan apa yang terabaikan di sekitar kita, dan mulai mengorganisir
kebaikan.
#kabarbaiksatuindonesia
***
Referensi: