inimelynda
inimelynda
  • Home
  • Achievements
  • Portfolio
  • Features
    • Environmental
    • Writing
      • Tips and Tricks
      • Review
    • Marine
    • Lifestye
  • Contact

 

1 - Stefani Teria Salhuteru
Stefani Teria Salhuteru, Penerima Apresiasi Astra SATU Indonesia Awards 2022 Provisi Maluku kategori Lingkungan (Sumber: Situs Moluccas Coastal Care)

Di Maluku, tempat gugusan pulau bagaikan taburan zamrud di khatulistiwa, riak-riak ombak tak pernah lelah menari di antara garis pantai. Cahaya mentari pagi tak henti menyinari perairan jernih yang memeluk Ambon hingga Banda Neira, menjadi saksi bisu kekayaan rempah dan laut yang tak tertandingi. Namun, di balik pesona yang menggugah itu, tersimpan kerentanan, ancaman sampah plastik, erosi, dan krisis iklim perlahan menggerogoti pesisir.

Di tengah perjuangan pelik ini, muncullah satu nama yang menjadi jembatan solusi. Stefani Teria Salhuteru, pendiri Moluccas Coastal Care (MCC) dan penerima Apresiasi Astra SATU Indonesia Awards 2022 Provinsi Maluku kategori Lingkungan.

Stefani adalah seorang sarjana perikanan (S.Pi) yang seharusnya sibuk dengan manajemen tangkapan laut atau biologi ikan. Namun, ketika ia mendirikan Moluccas Coastal Care, solusi yang ia bawa jauh melampaui jaring dan pukat. Dari kantor pusat di Wainitu, Nusaniwe, Kota Ambon, hingga Rumah Belajar di Kampung Baru, Banda Neira, program MCC justru melibatkan kelas seni, penanaman pohon harapan, hingga pembangunan rumah pengering cengkeh.

Stefani menyadari bahwa krisis di pesisir tidak bisa dituntaskan hanya dengan ilmu perikanan, melainkan harus dengan ilmu manusia. Ia menerapkan prinsip sinergi lintas bidang – menggunakan seni untuk edukasi, kearifan lokal untuk mobilisasi, dan ekonomi untuk keberlanjutan. Kisah ini merupakan analisis mendalam tentang bagaimana seorang S.Pi mampu merajut konservasi dan kesejahteraan di Timur Indonesia.

***


Fondasi Sosial dan Tradisi Maluku

Stefani membangun MCC di atas fondasi yang kokoh, yakni budaya lokal. Ia memahami bahwa tanpa persetujuan hati dan kepemilikan komunitas, konservasi alam hanyalah program sementara yang mudah rapuh. Oleh karena itu, program MCC sangat berakar pada kearifan Maluku yang menunjukkan kedalaman analisis sosialnya.


A. Mengorganisir Kearifan: Kalesang School

2 - Kalesang School
Kalesang School (Sumber: Instagram Moluccas Coastal Care)

Inti dari pendidikan MCC ada di Kalesang School (Katong Lestarikan Kampong). Kata Kalesang dalam bahasa lokal berarti peduli atau memelihara. Dengan menjadikan kata ini sebagai nama sekolah, Stefani ingin langsung menanamkan nilai budaya lokal ke dalam kurikulum lingkungan.

Kalesang School bukan sekadar tempat belajar formal. Ini adalah pusat edukasi di desa dan pulau terpencil, tempat anak-anak diajarkan bukan hanya tentang bahaya sampah, tetapi bagaimana menjaga kampong (desa) adalah tradisi yang diwariskan oleh leluhur.

Meskipun sederhana, kurikulum yang diperkenalkan bertujuan jangka panjang guna menumbuhkan sense of belonging yang kuat. Stefani mentransfer pemahaman ilmiah tentang laut menjadi tanggung jawab moral dan budaya demi memastikan konservasi dapat dipandang sebagai bagian dari identitas Maluku, bukan proyek dari luar daerah.


B. Menghidupkan Kembali Penjaga Pesisir: Kewang Muda Maluku

3 - Kewang Muda Maluku
Kewang Muda Maluku (Sumber: Situs Moluccas Coastal Care)

Stefani juga menghidupkan kembali peran adat melalui program Kewang Muda Maluku. Kewang adalah institusi tradisional Maluku yang berperan sebagai penjaga adat hutan dan laut. Kewang mempunyai otoritas lokal untuk mengatur pemanfaatan sumber daya alam (SDA), seperti musim panen, sehingga menjamin keberlanjutan.

Melalui Kewang Muda Maluku, MCC mentransformasi tradisi ini menjadi program pemberdayaan pemuda yang lebih modern. Para pemuda setempat tidak hanya dibekali dengan ilmu konservasi, tetapi juga kepemimpinan. Mereka menjadi generasi penerus “penjaga” yang memahami ilmu perikanan terkini sekaligus menjunjung tinggi hukum adat. Inilah bukti nyata strategi Stefani, ia tidak mengganti tradisi, melainkan memperkuatnya dengan ilmu pengetahuan supaya sesuai dengan perubahan dan ancaman di abad ke-21.

###


Solusi Multidisiplin: Dari Kuas hingga Kesejahteraan

Keunikan MCC terletak pada portofolio programnya yang multi-sektor, di mana mencerminkan pemahaman Stefani bahwa kemiskinan dan ketidakpedulian ekonomi adalah akar dari kerusakan lingkungan di pesisir.


A. Konservasi Emosional dan Aksi Massa

Stefani menemukan bahwa data ilmiah dan larangan konservasi sering kali gagal menyentuh hati. Ia memerlukan strategi yang lebih emosional dan visual.

1. Moluccan Color Art Class

4 - Moluccan Color Art Class
Moluccan Color Art Class (Sumber: YouTube Moluccas Coastal Care)

Seni digunakan sebagai media untuk menanamkan kesadaran lingkungan. Anak-anak di Maluku diajak mengekspresikan imajinasi mereka menggunakan warna, bentuk, dan yang paling penting adalah material daur ulang. Stefani berhasil mengubah sampah, dari masalah menjadi sumber daya kreatif, guna menciptakan siklus di mana aksi lingkungan menghasilkan edukasi yang menyenangkan.


2. Si Kuda Laut dan Kampanye

5 - Si Kuda Laut
Program Si Kuda Laut (Sumber: Instagram Moluccas Coastal Care)

Program aksi bersih-bersih (clean-up) Si Kuda Laut (Clean-Up for Land and Sea) terhubung erat dengan Moluccan Color Art Class. Limbah plastik yang dihimpun dalam aksi ini kemudian menjadi materi seni. Selain itu, kampanye lingkungan (Environmental Campaigns) dan platform diskusi EcoTalk memobilisasi kaum muda dan publik untuk mendialogkan isu lingkungan dengan pemangku kebijakan. Ini menunjukkan kemampuan Stefani dalam melakukan advokasi dan relasi publik yang terstruktur.


B. Mengamankan Ekonomi Petani: Jembatan Perikanan ke Pertanian

Latar belakang pendidikan Stefani di bidang perikanan mengajarkan dirinya tentang rantai makanan yang rapuh. Namun, sebagai seorang yang terdidik dengan gelar Magister Sains (M.Si), ia tahu bahwa konservasi laut tidak akan berhasil jika masyarakat di darat, yang sering kali juga berprofesi sebagai petani rempah tidak sejahtera.

Stefani mengidentifikasi masalah utama di daerahnya, yakni ketahanan pangan dan kualitas produk.

1. Seed House dan Tree of Hope

6 - Program Seed House
Program Seed House (Sumber: Situs Moluccas Coastal Care)

Program Seed House mengembangkan pembibitan tanaman lokal untuk mendukung pertanian berkelanjutan di pulau-pulau terpencil demi meningkatkan kemandirian pangan. Ini sejalan dengan program Tree of Hope untuk restorasi, yang memberikan harapan jangka panjang bagi komunitas dan melindungi daerah tangkapan air.


2. Agricultural Drying House

7 - Agricultural Drying House
Agricultural Drying House (Sumber: Situs Moluccas Coastal Care)

Program ini adalah langkah MCC dalam memitigasi kerusakan pesisir. Drying House bertenaga surya atau rendah teknologi membantu petani dalam meningkatkan mutu dan masa simpan komoditas unggulan Maluku, seperti cengkeh dan kenari. Dengan meningkatkan nilai jual produk, maka ekonomi pertanian menjadi stabil. Ketika ekonomi pertanian stabil, petani tidak lagi merasa tertekan untuk membuka lahan secara sembarangan yang berpotensi menyebabkan erosi, sedimentasi, dan polusi di laut. Artinya, Stefani secara langsung menghubungkan kualitas cengkeh dengan kesehatan pesisir Maluku.

###


Dampak Penghargaan dan Warisan Keterpaduan

8 - Stefani saat Melakukan Advokasi kepada Pemerintah Daerah
Stefani saat Melakukan Advokasi kepada Pemerintah Daerah (Sumber: Instagram Moluccas Coastal Care)

MCC adalah perwujudan konkret dari bagaimana pendidikan tinggi tidak akan pernah sia-sia, asalkan digunakan dengan dedikasi dan komitmen. Stefani menggunakan ilmu perikanan untuk mengetahui apa yang harus dilindungi di Maluku, serta ilmu dari jenjang pascasarjana untuk mengetahui bagaimana cara melindunginya melalui seni, penguasaan, dan ekonomi.


A. Validasi Melalui Apresiasi SATU Astra Indonesia

Pengakuan atas model konservasi yang unik ini datang melalui Apresiasi SATU Astra Indonesia Awards 2022. Penghargaan ini bukan hanya sekadar seremonial, melainkan validasi institusional atas model kerja Stefani. Ini memberikan modal tak ternilai dalam menjalin kolaborasi dengan pemerintah daerah (pemda), mitra korporasi, dan lembaga donor yang semakin mencari program berkelanjutan dan berbasis komunitas.

Penghargaan tersebut menegaskan bahwa kolaborasi multi-sektor yang dibawa MCC untuk menyatukan ketahanan pangan, seni, dan kearifan lokal dalam satu bingkai konservasi adalah jalan benar dan telah diakui secara nasional.


B. Warisan untuk Merajut Kembali Komunitas dan Alam

Moluccas Coastal Care yang berkantor pusat di Ambon dan berakar kuat di Banda Neira merupakan bukti bahwa solusi konservasi alam yang paling efektif ialah model kerja yang paling inklusif. Stefani Salhuteru telah menciptakan sebuah Warisan untuk Merajut Kembali Alam yang menjadi role model bagi para sarjana muda Indonesia, terutama dari kawasan Timur.

Ia menunjukkan bahwa memperjuangkan lingkungan berarti memperjuangkan martabat dan kesejahteraan masyarakat itu sendiri. MCC membuktikan bahwa kepedulian terhadap pesisir di Maluku memerlukan lebih dari sekadar ilmu perikanan, ini membutuhkan hati seorang seniman, kecerdasan seorang yang strategis, dan komitmen seorang pejuang lokal. Warisan ini adalah pesan nyata bahwa perubahan dimulai dari keberanian untuk tidak memilih satu bidang ilmu, tetapi merangkul semuanya demi kebaikan bersama.

***

#kabarbaiksatuindonesia

Referensi:

  • Situs resmi Moluccas Coastal Care. https://moluccascoastalcare.com/.
  • Instagram Moluccas Coastal Care. https://www.instagram.com/moluccas_coastal_care/.
  • YouTube Moluccas Coastal Care. https://www.youtube.com/@moluccascoastalcare.  

 

Siti Nurohmatiljanah Setiawan - Finalis Astra SATU Indonesia Awards 2024
Siti Nurohmatiljanah Setiawan - Finalis Astra SATU Indonesia Awards 2024 (Dokumentasi Pribadi Siti Nurohmatiljanah Setiawan)

Di bawah riak ombak tenang yang memecah pantai-pantai sunyi di Pulau Bintan, Kepulauan Riau (Kepri), tersembunyi sebuah permadani hijau. Ia bukan hamparan bukit atau hutan tropis yang membumbung tinggi ke angkasa, melainkan padang lamun (seagrass). Kumpulan tumbuhan berbunga yang akarnya menancap dalam pasir dan menjadi penopang tak bersuara bagi kehidupan laut. Lamun adalah jantung perairan dangkal, tempat biota-biota kecil memulai hidup, jalur migrasi penyu, dan gudang rahasia penyimpan karbon biru yang tak terhitung nilainya.

Namun, lamun sering kali luput dari lirikan mata. Ia kerap disejajarkan dengan rumput laut (seaweed), tak memiliki keagungan terumbu karang yang warnanya bak pelangi, dan tidak pula mempunyai ketegasan akar mangrove yang menjulang. Ia adalah ekosistem yang bekerja dalam senyap, rentan, dan tak jarang ditinggalkan dalam narasi konservasi alam. 

Di tengah keengganan publik untuk menengoknya ke bawah permukaan air biru, takdir menemukan seorang pejuang yang berani menyahut bisikan laut, yakni Siti Nurohmatiljanah Setiawan.

2 - Tangkapan Layar Situs Lamun Warrior
Tangkapan Layar Situs Lamun Warrior

Siti, sang pendiri gerakan Lamun Warrior, membawa sebuah anomali yang mempesona. Ia bukanlah ahli biologi kelautan berlatar belakang riset di samudra. Ia adalah seorang yang terdidik di meja-meja diskusi dan ruang kuliah, lulusan S1 Sastra Arab Universitas Padjadjaran (Unpad) serta Magister (S2) Kajian Timur Tengah dan Islam (Politik dan Hubungan Internasional di Timur Tengah), Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia (UI). Seharusnya, ia membawa pena dan globe di tangan, tetapi kini memilih membawa bibit lamun.

Kisah Siti adalah sebuah protes humanis terhadap sekat-sekat ilmu pengetahuan. Ini adalah manifestasi dari keyakinan yang berapi-api serta meruntuhkan batas gelar akademik dan status sosial. 

Lamun Warrior, dari sebuah komunitas hingga menjadi Finalis Astra SATU Indonesia Awards (SIA) Bidang Lingkungan 2024, adalah perwujudan dari filosofi sederhana, tetapi mengguncang, yakni dedikasi tak mengenal latar belakang. Siti hadir untuk mengorganisir kepedulian, merawat apa yang terabaikan, serta membuktikan bahwa ilmu sosial yang tajam dan hati yang tulus adalah senjata paling efektif dalam melawan perang melawan ketidakpedulian. 

Perjalanan yang dimulai di Kepri ini adalah sebuah karya sastra tentang keberanian, di mana Sang Warrior memilih meninggalkan retorika politik dan hubungan internasional yang mapan demi aksi nyata di padang lamun yang rentan.

***


Titik Balik dan Kelahiran Sang Pejuang Lamun

Siti, Lamun Warrior, dan Anak-Anak Bintan
Siti, Lamun Warrior, dan Anak-Anak Bintan (Dokumentasi Pribadi Siti Nurohmatiljanah Setiawan)

Perjalanan Siti dari meja kuliah ke padang lamun bukanlah transisi yang mulus, melainkan sebuah panggilan mendesak yang tak terhindarkan. 

“Saya sangat senang dengan pepatah yang mengatakan bahwa kalau tidak sekarang, kapan lagi, dan kalau tidak kita, siapa lagi. Saya tidak tahu siapa yang pernah menyampaikannya, tetapi saya senang saja dengan maknanya,” kenang Siti.

Pepatah itu menjadi mantra yang meruntuhkan argumen-argumen pribadi tentang kesesuaian latar belakang pendidikan. “Saya merasa mau apapun latar belakang kita, kita mesti peduli dengan lingkungan,” ucap Siti.

Titik baliknya terjadi ketika ia pertama kali tiba di Bintan. Ia disambut oleh sebuah plang yang secara harfiah bertuliskan “Selamat Datang di Area Konservasi Padang Lamun”. Rasa penasaran Siti segera membawanya untuk mempelajari ekosistem ini secara mendalam. Ia menemukan bahwa lamun memiliki kemampuan luar biasa sebagai penopang karbon dan rantai makanan laut. 

Namun, ia juga menemukan kenyataaan pahit bahwa lamun adalah ekosistem laut yang paling diabaikan.

“Satu hal yang membuat (saya) tertarik adalah mengapa orang-orang tidak banyak peduli dengan lamun, jika dibandingkan dengan mangrove maupun terumbu karang,” Siti mengutarakan keheranannya. Di saat mangrove dan karang mendapatkan banyak program dan pendanaan, lamun terkesan berjalan sendiri.

Kesadaran akan ketidakadilan ekologis inilah yang membuat Siti merasa “sekarang saya harus berbuat langsung.” Ia memilih fokus pada lamun justru karena ekosistem itu yang paling membutuhkan suara. Dari sana, ia bersama anak-anak muda lokal mulai berinisiatif membentuk wadah yang berfokus pada lamun, yang kemudian dikenal sebagai Lamun Warrior.


Kebaikan yang Diorganisir: Reborn 2023

4 - Kegiatan Edukasi Lamun Warrior
Kegiatan Edukasi Lamun Warrior (Dokumentasi Pribadi Siti Nurohmatiljanah Setiawan)

Lamun Warrior tidak muncul tiba-tiba. Komunitas ini sudah ada sejak tahun 2020. “Lamun Warrior sebenarnya ada dari tahun 2020, tapi asalnya masih sebagai komunitas, perkumpulan untuk sharing-sharing (berbagi ilmu) mengenai lamun,” jelas Siti. Namun, sekadar sharing dan diskusi tidaklah cukup untuk menghadapi ancaman lingkungan yang nyata.

Untuk menciptakan dampak yang terukur, terarah, dan berkelanjutan, perlu ada sebuah struktur. “Tapi kami reborn dengan aksi penanaman lamun pertama di Indonesia pada tahun 2023,” kata Siti.

Alasan mendasar reborn ini sangat strategis:

“Saya rasa, kebaikan perlu diorganisasikan, sehingga saya mendirikan Lamun Warrior agar jelas arah ke depannya,” ujar Siti.

Organisasi memberikan legitimasi, struktur, dan kemampuan untuk berkolaborasi dengan skala yang lebih besar (pemerintah, swasta, dan donatur). Reborn di tahun 2023 menjadi momentum untuk mengubah semangat muda menjadi gerakan konservasi yang terstruktur.


Ilmu Sosial sebagai Senjata Konservasi

5 - Sosial Konservasi Ala Lamun Warrior
Sosial Konservasi Ala Lamun Warrior (Dokumentasi Pribadi Siti Nurohmatiljanah Setiawan)

Mengapa latar belakang pendidikan tinggi Siti yang non-kelautan justru menjadi aset? Jawabannya terletak pada konsep Sosial Konservasi yang diusung oleh Lamun Warrior.

“Sangat terpakai (ilmu sosial – politik dan hubungan internasional), karena Lamun Warrior sendiri tidak hanya konservasi. Tapi kami adalah sosial konservasi,” ungkap Siti.

Ilmu sosial mengajarkan Siti cara berinteraksi, memediasi, dan melakukan pendekatan kepada masyarakat pesisir. Konservasi sering kali gagal karena berhadapan dengan penolakan dari komunitas lokal. Dengan bekal ilmu sosial, Siti mampu membangun jembatan komunikasi, mengubah pola pikir masyarakat dari pencemar menjadi penjaga lamun.

Pendekatan Lamun Warrior adalah konservasi dari hulu ke hilir. Jika ilmu kelautan fokus pada bibit yang ditanam, maka ilmu sosial fokus pada tangan yang menanam dan perut keluarga yang menjaganya.


Pilar Program: Keseimbangan antara Aksi dan Ekonomi

6 - Program Penanaman Lamun
Program Penanaman Lamun (Dokumentasi Pribadi Siti Nurohmatiljanah Setiawan)

Lamun Warrior menjauhkan diri dari anggapan bahwa konservasi hanya sekadar menanam. Program mereka terintegrasi untuk menciptakan dampak berkelanjutan.

Ketika ditanya program mana yang paling penting, Siti menolak memilih satu saja. “Saya rasa semuanya penting ya. Saya tidak bisa memilih atau mengkerucutkan. Karena semuanya paling penting untuk dilakukan,” ungkapnya. Jawaban ini menunjukkan pemahaman Siti bahwa ekosistem tidak dapat diperbaiki hanya dengan satu solusi tunggal.


View this post on Instagram

A post shared by Lamun Warrior (@lamun_warrior)

Namun, ia menyoroti dua area aksi utama yang dilakukan saat ini:

  1. Penanaman dan Monitoring Lamun: aksi konservasi fisik untuk meningkatkan tutupan lamun dan keanekaragaman hayati (biodiversity).
  2. Pemberdayaan Ibu-Ibu Pesisir: ini adalah pilar sosial-ekonomi Lamun Warrior. Ibu-ibu pesisir diajarkan untuk menciptakan produk fashion dari serasah lamun kering. Ini adalah kunci yang menghubungkan alam dengan cuan.

Pemberdayaan ekonomi ini adalah game changer. Dengan menciptakan nilai ekonomi dari limbah lamun, Lamun Warrior berhasil membuat konservasi menjadi urusan dapur rumah tangga, bukan sekadar urusan moral. 


Lamun Warrior di Bintan: Mengapa Fokus pada Episentrum Kepri?

7 - Siti saat Melakukan Monitoring Lamun
Siti saat Melakukan Monitoring Lamun (Dokumentasi Pribadi Siti Nurohmatiljanah Setiawan)

Kepulauan Riau, khususnya Bintan, bukanlah pilihan lokasi yang sembarangan. Bagi Lamun Warrior, Bintan merupakan episentrum masalah sekaligus potensi solusi. Pemilihan lokasi ini melibatkan kajian historis dan ekologis.

Lamun Warrior memilih lokasi yang berpusat di Teluk Bakau, Bintan, karena dua alasan utama, yakni kerentanan ekologis yang tinggi dan potensi lokasi demonstrasi (domonstration site). Secara ekologis, Bintan sering menghadapi aktivitas manusia yang intensif. Menurut berbagai penelitian, lamun di Kepri termasuk dalam kondisi yang terancam. Meskipun Indonesia mempunyai padang lamun terluas di dunia, rata-rata persentase tutupan lamun di perairan timur Bintan pada 2015 di bawah 50 persen (Kuriandewa & Supriyadi, 2006, dilansir dari situs Lamun Warrior).

Tekanan tersebut termasuk:

  1. Sedimentasi Tinggi: aktivitas pembangunan darat yang pesat, khususnya di kawasan pesisir menyebabkan lumpur dan sedimen mengalir deras ke laut dangkal. Lamun membutuhkan air jernih untuk berfotosintesis, artinya sedimentasi tebal mencekik kehidupan lamun.
  2. Ancaman Historis Penambangan: di masa lalu, kawasan Kepri sering menjadi lokasi isu penambangan pasir laut. Praktik ini tidak hanya merusak terumbu karang, tetapi juga menghilangkan seluruh ekosistem padang lamun yang berada di jalur pengerukan.

Teluk Bakau di Bintan tidak hanya menjadi lokasi yang rawan kerusakan, tetapi juga mempunyai nilai historis dan sosial. Kawasan ini sebelumnya dikenal sebagai Trikora Seagrass Management Demonstration Site (Trismades), sebuah program pengelolaan padang lamun berbasis masyarakat yang pertama di Indonesia.

“Sayangnya, program ini tidak lagi beroperasi. Akibatnya, di daerah seperti Teluk Bakau, kondisi lamun semakin memburuk. Situasi ini menandai pentingnya padang lamun sebagai solusi untuk memerangi perubahan iklim,” tulis Lamun Warrior melalui laman resminya.

View this post on Instagram

A post shared by Lamun Warrior (@lamun_warrior)

Kawasan Teluk Bakau di Bintan menjadi ideal karena:

  1. Aksesibilitas dan Edukasi: lokasi Bintan yang relatif mudah diakses juga mendukung pilar pendidikan Lamun Warrior, memungkinkan mereka mengadakan tur edukasi dan mengundang relawan dari luar untuk melihat langsung aksi konservasi yang telah diatur secara profesional.
  2. Kolaborasi Lokal Kuat: Lamun Warrior bekerja sama erat dengan masyarakat setempat, khususnya di Teluk Bakau. Hal ini menciptakan rasa kepemilikan yang kuat. Masyarakat lokal kini menjadi “mata dan telinga” di lapangan, yang siap menindak tegas siapa pun yang merusak lamun.

Detail Program Hulu ke Hilir: Anatomi Sebuah Gerakan Berdampak

8 - Berbagai Program Lamun Warrior
Berbagai Program Lamun Warrior (lamunwarrior.org)

Lamun Warrior dikenal karena model program hulu ke hilir yang menyeluruh. Mereka tidak hanya melakukan konservasi, tetapi juga inovasi yang berbasis teknologi dan pemberdayaan ekonomi.

A. Pilar Institute dan Inovasi Edukasi

Pilar institute fokus pada penyebaran pengetahuan tentang lamun yang masih minim. Lamun Warrior melakukannya melalui cara yang menarik, tidak hanya sekadar seminar formal:

1. Kampong Teripang: ini adalah situs eduwisata tempat pengunjung bisa melihat langsung keterkaitan antara padang lamun dan biota laut penting, seperti teripang. Edukasi berbasis pengalaman ini jauh lebih efektif daripada teori di kelas.

8 - Tangkapan Layar Instagram Kampong Teripang
Tangkapan Layar Instagram Kampong Teripang

2. Digital & Research Tools: Lamun Warrior mengembangkan Lamun Carbon Calculator. Ini adalah alat inovatif yang menerjemahkan jumlah lamun yang ditanam menjadi angka konkret penyerapan karbon, menghubungkan konservasi lokal dengan mitigasi perubahan iklim global. Alat ini memberikan data yang kredibel dan memudahkan mereka bernegosiasi dengan mitra korporasi.

9 - Calculator Lamun Warrior
Calculator Lamun Warrior (calculator.lamunwarrior.org)
###

B. Lamun Creative dan SeaFiberPreneur

Pilar preneur (wirausaha) Lamun Warrior adalah inti dari sosial konservasi. Tujuannya adalah memastikan bahwa masyarakat pesisir mendapatkan insentif ekonomi dari lingkungan yang sehat. 

Program Lamun Creative berfokus pada pelatihan dan produksi kerajinan. Mereka memanfaatkan serasah lamun kering (limbah alami yang sering dibiarkan membusuk) menjadi komoditas berharga:

1. Produk Fashion dan Kerajinan: ibu-ibu pesisir dilatih membuat kain bordir lamun, sutra lamun, sabun, dan bahkan kertas. Produk-produk ini dipasarkan secara online guna menghubungkan ibu-ibu Bintan langsung dengan pasar nasional.

10 - Berbagai Produk Serasah Lamun
Berbagai Produk Serasah Lamun (lamunwarrior.org)

2. SeaFiberPreneur: ini adalah program pelatihan lanjutan. Lamun Warrior tidak hanya ingin ibu-ibu menjadi produsen, tetapi juga menjadi entrepreneur (pengusaha) mandiri. Program ini mencakup pelatihan pemasaran digital, manajemen keuangan, dan standar kualitas produk, dengan tujuan memastikan ekonomi berbasis lamun dapat berkelanjutan bahkan tanpa subsidi.

11 - SeaFiberPreneur Lamun Warrior
SeaFiberPreneur Lamun Warrior (Instagram Lamun Warrior)
###

C. Konservasi Presisi: Dari Pembibitan ke Monitoring

Lamun Warrior memastikan aksi penanaman mereka bukan hanya seremonial. Mereka menerapkan metode ilmiah:

1. Laboratorium Budidaya: bibit lamun disemai terlebih dahulu di darat, seperti benih padi, hingga mencapai 20 cm sebelum dipindahkan ke laut. Ini meningkatkan tingkat kelangsungan hidup (survival rate) lamun.

View this post on Instagram

A post shared by Lamun Warrior (@lamun_warrior)

2. Monitoring: setelah penanaman, tim Lamun Warrior bersama relawan lokal melakukan pemantauan guna memastikan benih dapat beradaptasi dan tumbuh dengan baik. Keberhasilan tidak diukur dari jumlah bibit lamun yang ditanam, tetapi dari persentase yang berhasil hidup.

12 - Pemantauan Lamun
Pemantauan Lamun (Dokumentasi Pribadi Siti Nurohmatiljanah Setiawan)

###

 Strategi Bertahan: Kolaborasi, Hibah, dan Produk Sendiri

13 - Aktivitas Menenun Serasah Lamun
Aktivitas Menenun Serasah Lamun (Tangkapan Layar Instagram Lamun Warrior)

Mendirikan gerakan baru di tahun 2023 dengan fokus pada ekosistem yang minim perhatian tentu membutuhkan strategi pendanaan yang cerdik. Lamun Warrior mengandalkan tiga mesin pendanaan yang saling menopang:

“Kami mendapatkan dana dari program kolaborasi dengan mitra, hibah, dan penjualan produk dari serasah lamun kering,” kata Siti.

Strategi ini krusial. Kolaborasi dengan mitra raksasa memberikan suntikan modal besar untuk aksi penanaman berskala luas. Lalu, hibah dari lembaga memberikan dana untuk riset dan operasional. Sementara penjualan produk serasah lamun memberikan cash flow kecil yang konsisten sekaligus menciptakan rasa kepemilikan ekonomi di tingkat masyarakat.

Lamun Warrior tidak menunggu bantuan, tetapi menciptakan value untuk menarik perhatian. 


Medan Perang Sang Warrior: Melawan Ketidaktahuan

14 - Siti dan Lamun Warrior
Siti dan Lamun Warrior (Dokumentasi Pribadi Siti Nurohmatiljanah Setiawan)

Tantangan terbesar Lamun Warrior ternyata bukan pada kesulitan menanam, melainkan pada perjuangan melawan ketidaktahuan kolektif.

“Tantangan terbesarnya adalah tidak banyak orang yang tahu lamun,” Siti mengakui.

Kurangnya pengetahuan publik ini membawa efek domino yang menghambat pertumbuhan organisasi:

  1. Sumber Daya Manusia (SDM): sulit merekrut sukarelawan yang siap berdedikasi. Siti menyadari bahwa, “Tidak semua orang mau diajak berlari bersama dan berlelah-lelahan bersama ya.”
  2. Pendanaan (Funding): karena lamun bukan isu populer, seperti sampah plastik, mangrove, atau terumbu karang, Lamun Warrior belum tersentuh dengan banyak mitra yang berfokus pada lingkup konservasi lamun.

Siti menyebut tantangan ini diatasi dengan “ikhtiar” terus-menerus. Yaitu dengan meningkatkan visibilitas, membangun narasi yang kuat bahwa lamun adalah kunci perubahan iklim, dan terus berjejaring untuk mencari pihak yang mau berkolaborasi. 


Mengukur Dampak: Ikan Bilis, Laut Jernih, dan Cuan Tambahan

15 - Manfaat Lamun Warrior
Keberhasilan Lamun Warrior

Keberhasilan Lamun Warrior harus diukur dari perubahan nyata yang dirasakan oleh komunitas. Siti memberikan pandangan jujur dan menolak memberikan jawaban yang subjektif. “Kalau saya menjawab ini, cukup subjektif ya. Karena kan memang harus masyarakatnya langsung yang menjawab,” tegas Siti.

Namun, menurut Siti, dari pantauan tim Lamun Warrior di lapangan, ada tiga indikator keberhasilan yang terlihat jelas:

  1. Peningkatan Ekosistem: “Alhamdulillah, tutupan lamun mengalami peningkatan dan biodiversity yang perlahan semakin banyak,” ucap Siti. Ini adalah kemenangan ilmiah pertama.
  2. Kesejahteraan Nelayan: peningkatan ekosistem berdampak langsung pada kantong nelayan. “Impact-nya, nelayan yang merasakan. Ikan bilis jadi cukup banyak, laut menjadi lebih jernih,” kata Siti. Ikan bilis, sejenis ikan teri, adalah indikator kesehatan laut dangkal.
  3. Pemberdayaan Ekonomi: “Mereka juga bisa mendapatkan penghasilan tambahan dari diajarkannya membuat produk serasah lamun yang memberikan mereka penghasilan tambahan,” ungkap Siti. 

Inilah inti dari konservasi sosial – ketika alam pulih, manusia pun ikut sejahtera. Lingkungan yang sehat bukanlah beban, melainkan aset ekonomi.


Dampak Finalis Astra SIA 2024

16 - Finalis Astra SATU Indonesia Awards 2024
Finalis Astra SATU Indonesia Awards Bidang Lingkungan 2024 (Facebook Semangat Astra Terpadu)

Saat Siti terpilih sebagai Finalis Astra SATU Indonesia Awards 2024, ini adalah validasi atas model konservasi yang diusungnya bersama Lamun Warrior. 

Dampak yang paling cepat dirasakan adalah pandangan khalayak yang tertuju padanya. “Yang saya rasakan lebih ke perhatian publik,” kata Siti. Perhatian ini sangat berharga karena Lamun Warrior bergerak di isu yang kurang populer. Perhatian publik meningkatkan modal sosial, memudahkan edukasi, dan menarik perhatian media.

Meskipun Siti mengakui bahwa dukungan dan kolaborasi belum mengalami perubahan yang signifikan setelah pengumuman (menunjukkan proses birokrasi dan kemitraan masih berjalan), pengakuan SIA memberikan daya ungkit (leverage) yang tak ternilai harganya dalam negosiasi dan kredibilitas.


Visi 50 Titik dan Kolaborasi Regulasi

17 - Lokasi Lamun Warrior
Lokasi Lamun Warrior (lamunwarrior.org)

Bagi Siti, pencapaian saat ini hanyalah garis start. Ia memiliki mimpi yang jauh lebih besar:

“Mimpi besar saya adalah Lamun Warrior ada di 50 titik se-Indonesia. Mudah-mudahan bisa ada di luar negeri juga,” ucap Siti.

Ekspansi ini tidak bisa dilakukan sendiri, melainkan harus didukung oleh kebijakan dan perhatian dari pemerintah.

Siti menegaskan bahwa kerja sama dengan Pemerintah Daerah (Pemda) dan pihak swasta sangatlah penting. “Tentunya sangat penting, karena berkaitan dengan support, baik regulasi, pengakuan, eksistensi, dan kolaborasi untuk membangun ekosistem konservasi yang lebih peduli lamun lagi,” kata Siti. Misalnya, dukungan regulasi dapat melindungi area padang lamun yang telah direstorasi dari ancaman penambangan atau polusi. 


Definisi Sejati Seorang Pejuang

18 - Tim Lamun Warrior
Tim Lamun Warrior (Dokumentasi Pribadi Siti Nurohmatiljanah Setiawan)

Inti dari keseluruhan perjalanan ini terangkum dalam satu kata saat Siti ditanya apa arti “Warrior” dalam konteks pribadinya:

“Warrior bagi saya adalah Dedikasi,” tegas Siti.

Dedikasi – sebuah komitmen total yang melampaui gelar akademik, melewati jam kerja, dan melintasi keuntungan finansial. Ini adalah kualitas yang memungkinkan seseorang dengan latar belakang sosial bertahan dalam perjuangan konservasi, menghadapi tantangan SDM dan pendanaan, demi menjaga ekosistem yang ia cintai.

Kisah Siti Nurohmatiljanah Setiawan dan Lamun Warrior adalah sebuah narasi transformatif yang menantang asumsi umum. Ini adalah bukti bahwa untuk menjadi seorang “Warrior”, Anda tidak memerlukan gelar di bidang botani laut atau biologi perikanan.

Anda hanya butuh dedikasi, sebuah kesadaran bahwa sekarang adalah waktunya, dan kemauan unuk mengaplikasikan kemampuan (skills) apa pun yang Anda miliki, baik itu kemampuan merumuskan strategi, komunikasi, atau manajemen proyek untuk kebaikan bersama.


Pesan Final untuk Generasi Muda

19 - Siti Nurohmatiljanah Setiawan
Siti Nurohmatiljanah Setiawan (Instagram Siti Nurohmatiljanah Setiawan)

Siti menutup wawancara dengan sebuah pesan yang lugas dan sangat praktis untuk anak-anak muda Indonesia yang ingin membuat perubahan, tetapi terhambat oleh keraguan akan latar belakang pendidikan mereka:

“Jangan banyak berpikir, tapi banyak bertindak. Jangan menunda, tapi mulai saja,” kata Siti.

Pesan ini merangkum etos kerja Lamun Warrior. Di tengah krisis iklim dan lingkungan, waktu untuk berdiskusi sudah berakhir. Waktu untuk bertindak adalah sekarang.

Siti dan timnya di Kepri telah membuktikan bahwa perubahan tidak menunggu izin, tidak menanti dana besar, dan tidak mengandalkan gelar yang sempurna. Perubahan dimulai ketika seseorang dengan dedikasi penuh berani melangkah dari zona nyaman dan mulai menjadi Warrior bagi lingkungan yang paling membutuhkan suara.

Lamun Warrior adalah panggilan bagi kita semua untuk melihat ke bawah permukaan, menemukan apa yang terabaikan di sekitar kita, dan mulai mengorganisir kebaikan. 

#kabarbaiksatuindonesia

 ***

Referensi:

  • Wawancara dengan Siti Nurohmatiljanah Setiawan melalui pesan WhatsApp pada Sabtu, 18 Oktober 2025.
  • Situs resmi Lamun Warrior. https://www.lamunwarrior.org/.
  • Instagram Lamun Warrior. https://www.instagram.com/lamun_warrior/.
  • Instagram Kampong Teripang. https://www.instagram.com/kampongteripang/.
  • Instagram Siti Nurohmatiljanah Setiawan. https://www.instagram.com/sitinurohmatiljanah/.
  • Dealls. https://dealls.com/mentoring/siti-nurohmatiljanah-setiawan-189.
  • Antara. 2024. Kemenkop UKM Dukung Penanaman Lamun untuk Lestarikan Ekosistem Pesisir. https://www.antaranews.com/berita/4182039/kemenkop-ukm-dukung-penanaman-lamun-untuk-lestarikan-ekosistem-pesisir.
  • Sahputra, Y. E. dan Fajar, J. 2023. Sumpah Pemuda Ditangan Lamun Warrior untuk Karbon Biru Indonesia. https://mongabay.co.id/2023/11/04/sumpah-pemuda-ditangan-lamun-warrior-untuk-karbon-biru-indonesia/.

Postingan Lama Beranda

Kasih Jajan

Diberdayakan oleh Blogger

Copyright © inimelynda. Designed by OddThemes